Minggu, 12 Oktober 2014

Selasa, 04 Maret 2014

Tugas TIK halaman 141

my assignment download here

PEPELING ALAM ( Skr. Asmarandana )

        Tembang ini di buat oleh Ayah saya sendiri. Tembang ini merupakan rangkaian sebuah cerita yang saling bersangkutan.

1.          Kocak ingkang jalanidi
Kinebur jroning samodra
Mbaludak katon toyane
Bingung bilulung manungsa
Kerem neng banjir bandang
Wewangunan kabeh sumyur
Keles telas sadayanya

2.           Prahara gung wus dumadi
Lindu geter bumi bengkah
Mbalasah jugrug kang banon
Ting galendang kang kunarpa
Sasat sarah binuncang
Ganda anyir saking marus
Sumilir tan ana pegat

3.           Gunung gunung pada mosik
Arsa luntak wetengira
Maweh prabawa kang  gede
Horeg kang bumi prakempa
Trus bengkah sarta gonjang
Lindu pater gung ambawur
Sasat datan bisa sirna

4.           Bumi uga melu runtik
Nggegiro jalma manungsa
Kadi tan ana pedote
Luntak amutah guwaya
Ngebeki rat mbalambang
Lendut medal saking sumur
Tan menda rineka daya

5.           Yektine iku pepeling
Yeku kinarya pratanda
Gusti kang momong jatine
Paring pemut mring manungsa
Haywa lali kwajiban
Angreksa bumi lan gunung
Datan kantun jro samodra

6.           Sajuga ingkang wigati
Manembah mring Maha Mulya
Muji syukur mring Gustine
Limang waktu den tindakna
Panyegah tindak mungkar
Linambaran ati tulus
Murih saget katarima

7.           Kapindone aja lali
Nyambung keketing bebrayan
Silaturahmi jarene
Ting bangkereng singkirana
Murih tentreming jagat
Yen wus klakon kabeh mau
Gusti gya paring nugraha

8.           Asmarandana rinakit
Kinarya pemut kang nyekar
Satuhu amung pepeling
Mboten nami cumanthaka
Mung netepi kwajiban
Jejering urip puniku

Memayu hayu bawana

Macapat

          Macapat adalah tembang atau puisi tradisionalnya orang Jawa biasanya lebih ke Jawa Tengah.Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam 'daftar isi' saja. 
          Macapat di golongkan menjadi 15 yang terdiri atas Sekar(Tembang) Macapat/Tembang Alit, Sekar Madya/ Sekar Tengahan, dan Sekar Ageng. Jenis- jenis Macapat :
A. Sekar(Tembang) Macapat/Tembang Alit : Dhandanggula, Maskumambang, Pucung,              Sinom, Asmaradana,Kinanti, Pangkur, Durma, Mijil.
B. Sekar Madya/ Sekar Tengahan Gambuh, Megatruh, Jurudemung, Wirangrong, Balabak.
C. Sekar Ageng : Garisa.


  • Arti dari setiap Macapat
1.  Dhandanggula
           diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.

2. Maskumambang
               berasal dari kata mas dan kumambang. Mas dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis. Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan – um. Kambang dari kata Ka- dan Ambang. Kambangselain berarti terapung, juga berarti Kamwang atau kembang. Ambang ada kaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang atau mengidung. Dengan demikian, Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diberi arti Ulam Toya yang berari ikan air tawar, sehingga kadang-kadang di isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.




  • 3. Pucung
                   adalah nama biji kepayang, yang dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan ( kuncup dedaunan ) yang biasanya tampak segar. Ucapan cung dalam Pucung cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu, yang menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Sehingga tembang Pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.



  • 4. Sinom
                  perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat. Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan upacara-upacara bagi anak-anak muada zaman dahulu. Dalam Serat Purwaukara, Sinom diberi arti seskaring rambut yang berarti anak rambut. Selain itu, Sinom juga diartikan daun muda sehingga kadang-kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.



  • 5. Asmaradana
                   berasal dari kata Asmara dan Dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api. Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara, Smarandana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka memberi.



  • 6. Kinanti
                    berarti bergandengan, teman, nama zat atau benda , nam bunga. Sesuai arti itu, tembang Kinanthi berwatak atau biasa digunakan dalam suasana mesra dan senang.



  • 7. Pangkur
                    berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam berbahasa jawa kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur diberiarti buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur berarti mengekor dan tut wuntat berarti mengikuti.




  • 8. Durma
                  dari kata jawa klasik yang berarti harimau. Sesuai dengan arti itu, tembangDurma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram.



  • 9. Mijil
               berarti keluar. Selain itu , Mijil ada hubungannya dengan Wijil yang bersinonim dengan lawang atau pintu. Kata Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang bunganya berbau wangi. Bunga tumbuh-tumbuhan itu dalam bahasa latin disebut heritiera littoralis.



  • 10. Gambuh
                  berarti ronggeng, tahu, terbiasa, nama tetumbuhan. Berkenaan dengan hal itu, tembang Gambuh berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana tidak ragu-ragu.



  • 11. Megatruh
                   berasal dari awalan am, pega dan ruh. Pegat berarti putus, tamat, pisah, cerai. Dan ruh berarti roh. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh diberi arti mbucal kan sarwa ala ( membuang yang serba jelek ). Pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pamegat yang berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli, guru agama. Dengan demikian, Megatruh berarti petugs yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.



  • 12. Jurudemung
                    berasal dari kata juru yang berarti tukang, penabuh, dan demung yang berarti nama sebuah perlengkapan gamelan. Dengan demikian, Jurudemung dapat berarti penabuh gamelan. Dalam Serat Purwaukara, Jurudemung diberi arti lelinggir kang landep atau sanding (pisau) yang tajam.



  • 13. Wirangrong
                    berarti trenyuh ( sedih ), nelangsa ( penuh derita ), kapirangu ( ragu-ragu ),. Namun dalam teks sastra, Wirangrong digunakan dalam suasana berwibawa.



  • 14. Balabak


  • dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau terbenam. Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka, Balabak dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau. Apabila terbang, pasukan burung Bangau tampak santai. Oleh karena itu tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.


  • 15. Garisa



  • berarti arik (tenang), wedi (takut), giris (ngeri). Girisa yang berasal dari bahasa Sansekerta, Girica adalah nama dewa Siwa yang bertahta di gunung atau dewa gunung, sehingga disebut Hyang Girinata. Dalam Serat Purwaukara, Girisa diberi arti boten sarwa wegah, bermakna tidak serba enggan, sehingga mempunyai watak selalu ingat.

    •  Guru gatra , Guru wilangan dan Guru lagu di setiap Macapat:
       Mijil                   : 6 : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u
       Sinom                : 9 : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a
       Kinanthi             : 6 : 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i,
       Asmarandana     : 7 : 8a, 8i, 8e, 8a, 7a, 8u, 8a
       Durma               : 7 : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i
       Pangkur              : 7 : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i
       Maskumambang  : 4 : 12i, 6a, 8i, 8a
       Pucung               : 4 : 12u, 6a, 8i, 12a
       Jurudhemung       : 7 : 8a, 8u, 8u, 8a, 8u, 8a, 8u
       Wirangrong         : 6 : 8i, 8o, 10u, 6i, 7a, 8a
       Balabak              : 6 : 12a, 3e, 12a, 3e, 12u, 3e
       Gambuh              : 5 : 7u, 10u, 12i, 8u, 8o
       Megatruh            : 4 : 12u, 8i, 8u, 8i
       Girisa                  : 8 : 8a, 8a, 8a, 8a, 8a, 8a, 8a, 8a
       Dhandhanggula    :10 :10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a

    Jogja Beach

    Kali ini saya mau bahas tentang pantai-pantai di Jogja..
    Yang desanya Jogja pasti tau..

    1. Pantai Indrayanti

                  Sebenarnya Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama pemilik cafe dan restoran. Berhubung nama Indrayanti yang terpampang di papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat menyebut pantai ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemerintah menamai pantai ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa dampak positif. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang agak kotor, sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah. Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda sebesar Rp. 10.000 untuk tiap sampah yang dibuang oleh wisatawan secara sembarangan. Karena itu Indrayanti menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.


    2. Pantai Wediombo

                  Sebuah imajinasi tentang pasir putih maha luas yang memungkinkan mata untuk leluasa meneropong ke berbagai sudut mungkin akan muncul bila mendengar pantai bernama Wediombo (wedi=pasir,ombo=lebar). Namun, sebenarnya pantai Wediombo tak mempunyai hamparan pasir yang luas itu. Bagian barat dan timur pantai diapit oleh bukit karang, membuat hamparan pasir pantai ini tak seluas Parangtritis, Glagah, atau mungkin Kuta.
    Penduduk setempat memang mengungkapkan bahwa nama pantai ini yang diberikan oleh nenek moyang tak sesuai dengan keadaannya. Ada yang mengungkapkan, pantai ini lebih pantas menyandang nama Teluk Ombo, sebab keadaan pantai memang menyerupai teluk yang lebar. Terdapat batu karang yang mengapit, air lautnya menjorok ke daratan, namun memiliki luas yang lebih lebar dibanding teluk biasa.
                 

    3. Pantai Congot
                  Pantai Congot adalah pantai wisata yang paling tepat dikunjungi setelah bertandang di Pantai Glagah. Kedua pantai itu berjarak sangat dekat dan dihubungkan oleh jalan beraspal halus yang bahkan cukup mudah ditempuh menggunakan sepeda. Terletak di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Pantai Congot menjadi pusat kegiatan warga sekitar yang menggantungkan hidup dengan mencari ikan.Keindahan pemandangan bisa dijumpai bahkan selagi anda masih dalam perjalanan menuju pantai ini. Sepanjang jalan yang menghubungkan Wates dengan Pantai Congot, anda bisa bisa menyaksikan hamparan sawah hijau dan aktivitas warga desa di Kulon Progo yang umumnya menjadi petani. Seperti dataran dekat pantai di wilayah lain, jalan-jalan menuju Pantai Congot juga dihiasi oleh deretan pohon kelapa.
                     Pantai Congot memiliki pesona tersendiri dibanding pantai-pantai lainnya sebab nuansa nelayan dan perikanannya yang begitu kuat. Di sepanjang garis pantainya, anda bisa melihat aktivitas warga sekitar dan wisatawan lokal memuaskan kegemaran memancing. Di sudut lain, terdapat para nelayan yang tengah menjala ikan di tepi pantai, menghancurkan cangkang rajungan yang melekat di jala ataupun membersihkan perahu.


    4. Patai Parangteritis

                Pantai Parangtritis adalah tempat wisata terbaik untuk menikmati sunset sambil having fun menaklukkan gundukan pasir dengan ATV (All-terrain Vechile) ataupun menyusuri pantai dengan bendi dalam senja yang romantis.Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
                    Pantai Parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain layang-layang bersama si kecil juga tak kalah menyenangkan. Angin laut yang kencang sangat membantu membuat layang-layang terbang tinggi, bahkan bila Anda belum pernah bermain layang-layang sekalipun.


    5. Pantai Glagah
                  Sebuah dataran pantai yang lapang akan segera menyapa jika berkunjung ke Pantai Glagah. Kelapangan dataran pantai ini memberi anda kesempatan untuk merentangkan pandangan ke seluruh penjuru. Merentang pandangan ke depan, anda bisa melihat garis horizon maha panjang yang mempertemukan langit dan lautan. Sementara keindahan kelokan garis pantai akan memanjakan mata bila mengalihkan pandangan ke barat atau timur.okasi pertama yang sangat tepat untuk melihat pemandangan pantai adalah sebuah lokasi yang akan dijadikan pelabuhan beberapa tahun ke depan. Anda bisa menjumpainya bila telah sampai di belokan pertama dari pos retribusi, tandanya adalah sebuah plang bertuliskan PP. Pertemuan aliran sungai dengan ombak lautan yang penuh harmoni bisa disaksikan dengan menaiki sebuah gardu pandang yang terdapat di sana. Pantai yang satu ini letaknya tak jauh lo dari rumah nenek saya sekitar 10-15 menit sudah sampai.



                     Sebenarnya masih ada banyak sekali wisata pantai yang dapat kita kunjungi di Jogja. Kalo main ke jogja jangan lupa balajar budayanya juga ya, agar kita dapat melestarikan budaya bangsa Indonesia.